Abstrak: Sikap dan perilaku peserta didik di sekolah-sekolah masih belum menunjukkkan peningkatan yang baik dalam derajat kesehatannya bahkan semakin menurun daya hayat dan daya tangkalnya terhadap pengaruh buruk. Sebagian penyebabnya adalah kurangnya kesadaran orang tua/masyarakat terhadap cara-cara penanggulangan periolaku tersebut. Sedangkan pendidikan kesehatan yang bersifat preventif kurang tersentuh terutama dalam wadah pendidikan formal (sekolah). Penanaman kesadaran perilaku sehat selalu menyangkut unsur sikap yang sudah terbentuk secara laten. Untuk itu jelas pembentukan jangka waktu yang lama, tidak seperti orang makan lombok sekali gigit terasa pedas melainkan suatu proses yang membutuhkan tekad dan usaha yang sungguh-sungguh. Paling efektif dalam upaya menanamkan kesadaran berperilaku sehat adalah anak usia 7 sampai 12 tahun, karena secara psikologis anak pada usia tersebut sedang memulai membentuk sikap terhadap sesuatu, oleh karena itu penanaman berperilaku sehat hendaknya dimulai dari usia dini yaitu mulai tingkat pendidikan dasar. Persoalannya, bagaimanakah peranan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dalam meningkatkan perilaku sehat peserta didik di Sekolah Dasar?
Sesuai dengan tujuan UKS maka untuk memenuhinya UKS menerapkan tri program (Trias UKS) Dari ketiga program tersebut yang lebih efektif diperkirakan adalah penyelenggaraan pendidikan kesehatan, karena waktu yang paling banyak dimiliki peserta didik adalah waktu yang ekstrakurikuler dapat digunakan sebagai penunjang. Dengan mempertimbangkan hasil-hasil penilitian dan pemikiran yang ada tentang hambatan-hambatan peningkatan peranan UKS maka dapat ditempuh cara yang lebih efisien dan efektif yaitu pembakuan materi pendidikan kesehatan di di sekolah atau UKS.
Kata Kunci: Usaha Kegiatan Sekolah, Perilaku Sehat, Usia Dini
A. Pendahuluan
Penulisan ini berangkat dari permasalahan bahwa sikap dan perilaku peserta didik di sekolah-sekolah masih belum menunjukkkan peningkatan yang baik dalam derajat kesehatannya bahkan semakin menurun daya hayat dan daya tangkalnya terhadap pengaruh buruk. Misalnya merokok, penyalahgunaan narkoba, dan lain-lain. Sebagian penyebabnya adalah kurangnya kesadaran orang tua/masyarakat terhadap cara-cara penanggulangan periolaku tersebut. Sekarang kebanyakan mengandalkan penggunaan cara-cara medikal dan rehabilitasi yang keduanya bersifat kuratif padahal kalau selesai pengobatan di Rumah Sakit mudah kambuh lagi, sedangkan kalau di rehabilitasi orang tua atau masyarakat masih sulit untuk melakukannya karena faktor sosio-psikologis. Sedangkan pendidikan kesehatan yang bersifat preventif kurang tersentuh terutama dalam wadah pendidikan formal (sekolah) dengan memanfaatkan wadah kegiatan yang ada seperti Usaha Kesehatan Sekolah.Berkaitan dengan gerakan peningkatan perilaku sehat seperti gerakan antai narkoba, anti merokok dan lain-lain serta dikaitakn dengan prospektif otonomi pendidikan disadari akan pentingnya penanaman perilaku sehat dikalangan masyarakat umumnya dan peserta didik khususnya. Penanaman kesadaran perilaku sehat selalu menyangkut unsur sikap yang sudah terbentuk secara laten. Untuk itu jelas pembentukan jangka waktu yang lama, artinya tidak seperti orang makan lombok sekali gigit terasa pedas melainkan suatu proses yagn membutuhkan tekad dan usaha yang sungguh-sungguh.
Sebagai suatu proses input yang paling efektif dalam upaya menanamkan kesadaran berperilaku sehat adalah anak usia 7 sampai 12 tahun. Karena secara psikologis anak pada usia tersebut sedang memulai membentuk sikap terhadap sesuatu, oleh karena itu penanaman berperilaku sehat hendaknya dimulai dari usia dini yaitu mulai tingkat pendidikan dasar.
Uraian di atas menambah keyakinan penulis akan pentingnya wadah kesehatan di sekolah khususnya Usahan Kesehatan Sekolah (UKS) sebagai media dalam upaya penanaman kesadaran berperilaku sehat. Apalagi masyarakat sekarang mulai menuntut sekolah sebagai wahana pendidikan yang mandiri sehubungan dengan otonomi daerah dan menganggap sekolah sebagai alternatiaf yang paling efektif dalam mendidik anak. Hanya sekolah yang mampu mengintodusir anak pada dunia ilmu baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
Dari uraian di atas penulis bermaksud mengungkap tentang peranan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dalam peningkatan perilaku sehat peserta didik. Bagaimanakah peranan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dalam meningkatkan perilaku sehat peserta didik di Sekolah Dasar?
B. Pembahasan
1. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
UKS adalah wahana atau tempat untu meningkatkan kemampuan hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan siswat sedini mungkin. Tujuan UKS secara umum adalah peningkatan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan siswa serta menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimum dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Sedangkan tujuan secara khusus meliputi : (a) Peningkatan produktivitas belajar siswa. (b) Peningkatan dan pengembagnan pengetahuan, sikap dan ketrampilan siswa dalam menjalankan prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam upaya peningkatan kesehatan di sekolah, rumah tangga maupun lingkungan masyarakat. (c) Peningkatan daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruh penyalahgunaan narkoba, alkohol dan sebagainya. (d) Peningkatan kondisi institusi pendidikan sehingga dapat mendukung berlangsungnya kegiatan proses belajar mengarjar yang menunjang tercapainya kemampuan untuk menjalankan prinsip hidup sehat.
Ruang lingkup UKS terdiri dari tiga program (Trias Program) (1) Penyelenggaraan pendidikan kesehatan yang meliputi, pengetahuan tentang dasar hidup sehat, sikap tanggap terhadap persoalan kesehatan dan latihan kebiasaan hidup sehat. (2) Penyelenggaraaan pelayanan kesehatan meliputi, pelayanan kebersihan dan pemeriksaan murid, pengobatan ringan dan P3K, pengawasan warung sekolah, pencatatan dan pelaporan tentang keadaan penyakit. (3) Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat.
2. Belajar (Learning)
Belajar diartikan sebagai usaha untuk memperoleh hal-hal yang baru dalam tingkah laku (pengetahuan, kecakapan, ketrampilan dan nilai-nilai) dengan aktivitas kejiwaan sendiri. Dari pengertian ini dapat dimunculkna ciri-ciri belajar, yaitu : (a) Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang sedang belajar baik aktual maupun potensial. (b) Perubahan tersebut pada pokoknya didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk yang relatif lama. (c) Perubahan-perubahan itu terjadi karena usaha. (Soekidjo, 1993 : 21)
Teori learning sebenarnya banyak tapi yang penting menurut teori Stimulus Respon adalah tingkah laku tiruan sehingga penulis menggunakan teoi learning NE. Miller dan J. Dollard, yang dalam teorinya mereka membedakan tiga macam mekanisme tingkah laku tiruan, yaitu : (a) Tingkah laku sama (same behaviour), yaitu tingkah laku yang terjadi apabila dua orang yang bertingkah laku balas (berespon) sama rasanya atau isyarat yang sama. (b) Tingkah laku tergantung (matchet dependent behaviourr), yaitu tingkah laku yang timbul dalam interksi antara dua pihak, dimana salah satu pihak mempunyai kelebihan (lebih pandai, lebih mampu, lebih tua dan sebagainya) dari pihak lain. (c) Tingkah laku salinan (copying behaviour), yaitu tingkah laku yang meniru atas dasar isyarat yang berupa tingkah laku yang diberikan oleh model. Perbedaannya dengan tingkah laku tergantung adalah dalam tingkah laiku tergantung si peniru hanya bertingkah laku terhadap isyarat yang diberikan oleh model pada saat itu saja sedangkan pada salinan si peniru memperhatikan juga tingkah laku model di masa lalu maupun yang akan datang.
Disamping menggunakan teori Miller juga menggunakan teori A. Bandura dan RH. Walter yang menyatakan bahwa : ”Pengaruh tingkah laku model terhadap tingkah laku peniru dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : (a) Efek modelling (modelling effect), yaitu peniru melakukan tingkah laku baru melalui asosiasi sehingga sesuai dengan tingkah laku model. (b) Efek menghambat (inhibition) dan penghapus hambatan (disinhibition) dimana tingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkah laku model dihambat timbulnya sedangkan tingkah laku yang sesuai denan tingkah laku model dihapuskan hambatannya sehingga menimbulkan tingkah laku yang dapat menjadi nyata. (c) Efek kemudahan (facilitation effects), yaitu tingkah laku yang sudah pernah dipelajari oleh peniru lebih mudah muncul kembali dengan mengamati tingkahl laku model.”
Dalam proses belajar ada beberapa faktor yang mempengaruhi yang menurut ahli pendidikan J. Gulbert, ada 4 faktor yang mempengaruhi proses belajar yakni : faktor materi, lingkungan, instrumental dan faktor individual subjek belajar. (Soekidjo, 1993 : 31)
3. Perilaku (Behaviour)
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang baik yang dapat diamati secara langsung ataupun yang dapat diamatai secara tidak langsung. Lebih lanjut dikatakan oleh seorang ahli perilaku Skiner (1938) mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara stimulus dan respon. Ia membedakan dua respon yaitu : (a) Responden respon atau reflective, ialah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu yang disebut elicting stimulasi karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. (b) Operant respon atau instrumental response, adalah respon yagn timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang seperti ini disebut reinforsing stimuli karena perangsang-perangsang tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan. Oleh karena itu perangsangan yang demikian itu mengikuti atau memperkuat suatu perilaku tertentu yang telah dilakukan..” (Soekidjo, 1993 : 57)
Bentuk perilaku atau respon terhadap stimulus ada dua macam yaitu : (a) Bentuk pasif, adalah respon internal yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain. (Berfikir tanggapan atau sikap batin dan pegetahuan). Misalnya : siswi tahu bahwa kotor adalah sumber penyakit, meskipun siswa tersebut tidak membersihkan kotoran tersebut tapi tahu bahwa kebersihan itu sangat berguna bagi kesehatan dan dia sangat mendukungnya. Oleh sebab itu perilaku mereka ini masih terselubung (cover behaviour). (b) Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapt diobservasi secara langsung. Misalnya dari contoh diatas siswa langsung ikut membersihkan dan menjaganya. Oleh karena itu perilaku mereka sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata maka disebut cover behaviour.
Sedangkan perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta minuman. Secara rinci perilaku kesehatan menyangkut : (a) Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon baik secara pasif tentang penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan luar dirinya maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. (b) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, yaitu respon seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. (c) Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour), yakni respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. (d) Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environment healt behaviour), yaitu respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Perilaku ini mencakup lingkungan air bersih, pembuangan air kotor, limbah padat maupun limbah cair, rumah sehat dan sarang vektor.
4. Pendidikan Kesehatan (Healt Education)
Pendidikan kesehatan adalah proses melakukan intervensi faktor perilaku sehingga perilaku individu, kelompok atau masyarakat sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Dalam prosesnya terjadi pengaruh timbal balik antara tiga faktor yaitu input (sasaran didik), proses (metode dan teknik belajar, alat bantu dan materi pelajaran) serta ouput (hasil belajar berupa kemampuan atau perubahan perilaku dari peningkatan subjek belajar.
Ruang lingkup pendidikan kesehatan ada tiga dimensi, yaitu : (a) Sasaran pendidikan kesehatan, yang meliputi individu, kelompok dan masyarakat. (b) Tempat pendidikan kesehatan yaitu di sekolah, di rumah sakit dan di tempat kerja. (c) Tingkat pelayanan pendidikan kesehatan menurut Leavel and Clark meliputi promosi kesehatan, perlindungan khusus, diagnosa dini dan pengobatan segera sertya pembatasan cacat dan rehabilitasi.
5. Peranan UKS dalam Peningkatan Perilaku Sehat
Keberhasilan dalam setiap aktivitas perilaku sangat bergantung pada sumber daya manusia yang sehat yaitu sehat fisik, mental dan sosial karena kalau tidak sehat semua aktivitaws yang produktif akan hilang bahkan akhirnya menjadi beban masyarakat. Oleh karena itu upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan harus dimulai sedini mungkin, yaitu sejak masa kanak-kanak bahkan sejak masa kandungan dan pembinaan serta perkembangan kesehatan siswa melalui Usaha Kesehatan Sekolah merupakan salah satu langkah dalam peningkatan derajat kesehatannya.
Kalau kita lihat bahwa jumlah peserta didik yang berusia 5 sampai 19 tsahun adalah cukup besar yaitu 55.872.000 dari jumlah seluruh penduduk Indonesia di tahun 2020 nanti (Lembaga Demografi UI, 1991). Peserta didik atau siswa ini merupakan kelompok yang mempunyai tingkat kesehatan yang lebih baik dibanding dengan kelompok masyarakat lain, ditinjau dari tingkat kesakitan. Meskipun demikian kelompok ini merupakan kelompok yang rawan karena berada dalam periode pertumbuhan dan perkembangan. Disinilah program UKS sangat penting peranannya.
Sesuai dengan tujuan UKS yaitu memupuk kebiasaan hidup sehat dan mempertinggi derajat kesehatan siswa yang mencakup pengetahuan, sikap dan ketrampilan, maka cakupan dalam pembinaan dan pengembangannya harus memenuhi ketiga tujuan tersebut. Untuk memenuhinya UKS menerapkan tri program (Trias UKS) yaitu penyelenggaraan pendidikan kesehatan, penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat. Dari ketiga program tersebut yagn lebih efektif diperkirakan adalah penyelenggaraan pendidikan kesehatan. Karena waktu yang paling banyak dimiliki siswa adalah waktu yang ekstrakurikuler dapat digunakan sebagai penunjang. Disamping alasan tersebut ada alasan lain yang diungkap oleh ahli pendidikan kesehatan bahwa dalam program pelayanan kesehatan kurang dilibatkan pendidikan kesehatan. Meskipun program itu mungkin telah melibatkan pendidikan kesehatan tetapi kurang berbobot. Argumentasi mereka adalah karena pendidikan kesehatan itu tidak segera dan jelas memperlihatkan hasil. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan itu tidak segara membawa manfaat bagi masyarakat dan yang mudah dilihat atau diukur. (Soekidjo, 1993 : 9) Dari pendapat ini dapat dikatakan bahwa selama ini pendidikan kesehatan dianggap tidak efektif sehingga kurang mendapat perhatian dari kalangan permerhati UKS.
6. Tujuan dan Materi Pendidikan Kesehatan
Menurut pedoman pembinaan dan pengembangan UKS tujuan pendidikan kesehatan ialah agar peserta didik : (a) Memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan, termasuk cara hidup sehat dan teratur. (b) Memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip hidup sehat. (c) Memiliki ketrampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan. (e) Memiliki kemampuan untuk menalarkan perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. (f) Memiliki kebiasaan hidup sehari-hari sesuai dengan syarat kesehatan. (g) Memiliki pertumbuhan termasuk bertambahnya tinggi badan dan berat badan secara harmonis. (h) Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari.(i) Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar. (j) Memiliki kesegaran jasmani dan kesehatan yang optimal serta mempunyai daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit.
Sedangkan materinya adalah sesuai dengan garis-garis besar progaram pengajaran (GBPP). Maka pelajaran pendidikan jasmani yang juga mencakup pendidikan kesehatan meliputi : (1) Kebersihan pribadi dan kesehatan pribadi. (2) Makanan dan minuman sehat. (3) Kebersihan lingkungan (sekolah dan rumah). (4) Keselamatan diri di dalam dan di luar rumah. (5) Mengenal UKS dan programya. (6) KMSAS (Kartu Menuju Sehat Anak Sekolah). (7) Cara membuang sampah dan air limbah yang benar. (8) Rumah sehat. (9) Mengenal penyakit yang banyak menyerang anak usia sekolah serta cara pencegahannya. (10) Pemeriksaan kesehatan berkala. (11) Pengenalan perubahan pada masa remaja. (12) P3Pd an P3K.
Kalau melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapai beserta materi yang disampiakan sungguih sangat baik sekali apabila di lapangan secara empiris berjalan dengan baik. Tetapi semua itu di lapangan kurang berjalan sesuai dengan yang diharapkan, hal ini nampaknya ada beberapa kendala, kalau menurut penulis adalah sebagai berikut : (1) Di dalam organisasi UKS tidak ada materi yang baku yang disesuaikan dengan tujuan program UKS dan tingkat/jenjang pendidikannya, yang dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk sosialisasi kesehatan ke peserta didik sehingga pemahaman peserta didik terhadap UKS dan perilaku sehat lebih mudah. Hambatan ini diperkuat dengan adanya kesimpulan dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh Depdikbud, Depkes, Depag dan Depdagri yaitu : (a) Masih banyak kekurangan yang ditemui, antara lain dalam hal tenaga guru, prasarana dan sarana penunjang proses belajar mengajar dalam pendidikan sekolah. (b) Sasaran upaya kesehatan ditinjau dari cakupan (coverage) sekolah, peserta didik dikaitkan dengan wajib belajar, mutu penyelenggaraan, ketenagaan dan sarana prasarana belum seimbang dengan usaha pencapaian tujuan kegiatan. (Depkes I, 1995 : 3) (2) Masih adanya presepsi dari peserta didik bahwa UKS hanyalah wadah yang digunakan/dimanfaatkan kalau dia sedang tidak enak badan atau sakit saja dan lebih dari itu tidak ada. Misalnya pemahaman apa sebenarnya konsep sehat itu?, bagaimana meningkatkan derajat kesehatan dan bagaimana cara mengubah perilaku agar tetap sehat dan seterusnya. (3) Di benak peserta didik, pendidikan kesehatan itu sama dengan olah raga, sama dengan Biologi dan sama dengan Sosiologi dan sama dengan PPKN. Karena materi kesehatannya sebenarnya hanya ditempel-tempelkan atau diikut-ikutkan saja ke beberapa bidang studi tersebut sehingga apa yagn diprogramkan dan menjadi tinjauan pendidikan kesehatan menjadi ngambang tanpa arah yang jelas.
Dari beberapa hambatan tersebut dapat ditawarkan solusinya yang relevan dengan tugas pokok dan fungsi Depdikbud yaitu membina dan mengembangkan program UKS melalui jalur kurikuler (intrakurikuler dan ekstrakurikuler) termasuk didalamnya : (a) Merumuskan kebijaksanaan teknis pengembangan kurikulum dan saran pendidikan kesehatan. (b) Mengembangkan metodologi pendidikan kesehatan. (c) Mengembangkan model pendidikan kesehatan. (Depkes RI, 1995 : 8)
Maka dapat disimpulkan bahwa solusi yang mungkin dapt diterapkan adalah pembakuan materi pendidikan kesehatan oleh UKS sehingga peserta didik mempunyai pegangan yang konsekuensi logisnya peserta didik akan lebih cepat memahami bahkan diharapkan dapat menerapkannya dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
Dengan pembakuan materi pendidikan kesehatan oleh UKS berarti melaksanakan ketiga tugas pokok dan fungsi Depdikbud tersebut karena menyangkut kurikulum, metode pendidikan kesehatan dan modal pendidikan kesehatan.
Sedangkan langkah-langkah yang ditempuh dalam pembakuan materi dilakukan dengan menggunakan teori proses belajar dan teori perilaku serta pendidikan kesehatan sebagai landasannya sehingga secara kasar langakah-langkah yang ditempuh adalah : (1) Materi-materi yang sudah ada beberapa bidang studi yaitu dari Penjaskes, Biologi, Sosiologi dan PPKN serta materi lain yang relevan sesuai dengan jenjang pendidikannya dikumpulkan menjadi satu. (2) Identifikasi persamaan dan perbedaan serta kecocokan materi sesuai dengan GBPP. (3) Disusun secara sistematis dan kronologis sisesuaikan antara tujuan UKS dan tujuan GBPP. (4) Dibentuk diktat untuk materi pendidikan kesehatan bagi UKS. Isi diktat ini meliputi tiga domain perilaku atau tiga modal materi yang disajikan : (a) Materi yang berisi konsep kesehatan yang digunakan untuk melihat kognitif domain. (b) Materi yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada sikap atau anggapan peserta didik terhadap materi yagn diberikan untuk mengukur afektif domain. (c) Materi yang berisi petunjuk-petunjuk teknis operasional untuk melakukan praktek sehubungan dengan materi yang diberikan, ini untuk melihat psikomotor domain.
c. Penutup
Dengan melihat kenyataan sekarang perilaku sehat siswa di sekolah dan dimasyarakat masih belum ada peningkatan yang baik dalam derajat kesehatannya bahkan semakin menurun dan peran UKS sekarang yang kurang. Terbukti dengan hasil-hasil penelitian 4 Departemen maka peranan UKS sangat penting untuk ditingkatkan dalam rangka meningkatkan perilaku sehat siswa.Dengan mempertimbangkan hasil-hasil penilitian dan pemikiran yang ada tentang hambatan-hambatan peningkatan peranan UKS maka dapat ditempuh cara yang lebih efisien dna efektif yaitu pembakuan materi pendidikan kesehatan di UKS.
Bagi para pembina dan pembimbing serta pemerhati UKS diharapkan lebih memperhatikan peranannya sehingga UKS tidak terkesan hanya sebagai wadah pelengkap organisasi formal dengan berbagai program yang muluk-muluk tapi pelaksanaannya cukup dengan laporan formal saja.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1990. Pendidikan Kesehatan, Jakarta : UI press.
Depkes RI, 1990. Petunjuk Teknis Penjaringan Kesehatan Di Sekolah, Jakarta : tanpa penerbit. 87 hal.
Depkes RI, 1995. Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah, Jakarta : tanpa penerbit. 92 hal.
Soekidjo Notoatmodjo, 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta : penerbit Andi offset. 145 hal
0 komentar:
Posting Komentar